Titik Temu



Aku menemukannya. Jejak langkah itu, yang tersisa di ujung harapan. Darah, keringat, dan air mata yang kuhabiskan tak sia-sia, mereka membuka jalan untuk sisa-sisa langkah yang hampir kulepaskan. Dan kini aku memijak jejak itu, selangkah demi selangkah hingga jejak itu menyatu dalam langkahku. 

Aku tak membuka harapan pun tak menutup harapan. Aku hanya membiarkan langit bermain dengan kisahku. Hanya langit, dan cukup bagi langit. Kau tahu, ini sebab aku percaya bahwa langit tak akan pernah mempermainkan kepercayaan yang telah diberikan untuknya. Langit adalah langit, lain halnya jika kau memberikan kepercayaan itu kepada rakyat dunia. Begini, aku tahu bahwa segala isi dunia adalah hasil dari tangan Pencipta Mahabesar juga Sempurna. Namun, jangan kau terkecoh, sang Pencipta tak akan membuat hasil karya yang malah menyandingi-Nya, bukan? Kau tak akan menemukan kesempurnaan di dunia ini.

Maka dari itu, aku tak berlutut pada dunia. Aku hanya membiarkan semua berkisar dalam kelaziman langit. Dan untuk jejak langkah yang kutemukan, waktu telah beredar membawaku memijak jejak itu. Aku beriringan dengan jejak itu dalam tiga pijakan dan perputaran surya atas adat semesta. Itu selayaknya hanya satu hari terhitung semenjak aku membuka mata dan memijaki jejak langkah itu. Dan kini segalanya menjadi satu dalam pemikiran. 

Pada sisa waktu yang tengah menunggu, aku ingin memohon, hidupkanlah jejak itu untuk langkahku. Jika itu memang milikku. 




0 Comments