Benih Kepercayaan

Pixabay : @Comfreak


Waktu itu kau datang sambil menggenggam benih kepercayaan di tangan kirimu. Kau datang, perlahan, mendekap tubuhku, lalu kau tanamkan benih kepercayaan itu ke dalam hatiku. Terperanjat, kakiku seketika melangkah menghadirkan jarak antara kau dan aku. Tanganku dengan gerak kilat membuat usaha tuk keluarkan benih itu, sayang benih kepercayaan itu telah terlampau jauh masuk ke dalam hatiku. 

Ada rasa kesal yang menjalar di hati. Aku tak butuh benih itu. Aku lelah. Hatiku terlampau penuh dengan benih-benih prematur. Itu membuat jantung dan hatiku secara teratur bergilir tuk mogok. 

Oh, jangan kau pikir mataku tak menangkap jalan akalmu. Fokusku jatuh pada lengan kirimu, yang kau usahakan tuk luput dengan permaianan akal lusuh itu. Aku punya seribu mata yang tak terlihat. Maka itu, aku mendapat pandang, terlalu banyak khayalan yang kau paksakan masuk ke dalam benih-benih kepercayaan itu. 


0 Comments