Insiden Sudut Kafe

Pixabay @Stu


Hari ini seperti hari-hari biasanya. Aku duduk di pojok kafe bersamanya sambil mendengarkan lagu "Love Yourself" yang memenuhi ruang kafe. Aku menyukai sepenggal lirik itu, "When you told me you hated my friends, the only problem was with you and not them." Tak lama setelah penggalan lirik itu terdengar, alih-alih duduk di sampingku, kini ia berpindah tuk duduk berhadapan denganku. 

Seketika aku merasa seakan diikat oleh kehadirannya. Aku menjadi bisu. Aku menjadi tuli. Otakku kehilangan daya pikir. Sedang mataku, membodohi kehadirannya, seolah hanya ada ia dalam setiap waktuku. 

Mata dan hatiku terikat satu sama lain. Memberi secercah cahaya di setiap detik yang lewat. Tapi, ada pembiasan cahaya di sini. Bulu kudukku berdiri, jantungku berdegup tak beraturan. Gerak tubuhnya masih mengintimidasi napasku. Saat aku sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba tangannya meremas gemas pipiku sambil berucap: "Kau bonekaku, kau bonekaku yang manis, tak boleh kemana-mana. Harus selalu ada di sisiku." Ah, tutur yang keluar dari mulutnya membuatku bergidik. 

Serta merta, setelah mendengar tuturnya, aku merasa ada suatu sentuhan yang menyentuh keningku. Aku tak tau apa itu. Sepertinya, dalam sentuhan itu ada sesuatu yang menerobos merasuki syaraf-syarafku. Bergerak dalam persembunyian. Menghapus beberapa memori, dan beberapa lainnya dikaburkan. Itu membuatku terbuang dari kepalaku. Siapa aku? Oh, aku bertanya-tanya pada hati dan mata di sosokku. Ah, sial apa aku, mata dan hati telah membisu. 

Oh, ada satu sosok di depanku. Aku rasa dia tahu dan akan memberi jawaban dari setiap hal yang hilang dari hidupku. Perlahan-lahan, aku merasakan dorongan paksa rasa tenang di beberapa sisi tubuhku. Baiklah aku akan menjadi tenang, sebab, kini aku yakin, sosok di depanku akan memberikan jawaban yang aku butuhkan. Wajahku, kini ia tersenyum simpul. Tapi, mengapa napasku berdarah?

0 Comments