Tuan dan Tuhan

 

Tuan dan Tuhan 

Di ujung perempatan jalan, lampu merah memenuhi tiap sisi. Aku bisa mengambil jalan manapun yang kuinginkan. Namun, apakah hanya aku? 

Lampu hijau menunjukkan sinarnya, kali ini tak hanya aku. Jalan penuh oleh kesibukan orang-orang yang mengejar tuan-tuan yang tanpa sadar mereka tuankan. Dan aku melangkah di antar tuan-tuan itu. Namun, apakah hanya aku? 

Orang-orang itu, mereka punya banyak tuan. Begitu pula aku, bukan? Dan kau pula, bukan?

Tuan-tuan itu, mereka adalah tujuan yang orang-orang pilih. Begitu pula aku, pun dirimu, bukan? Tuan-tuan itu, mereka adalah hasrat, yang tersembunyi ataupun nampak. Tuan-tuan itu adalah kesenangan dan kebahagiaan. Dan di sini baik dan buruk adalah abu-abu. 

Begitu pula pada tuan dan Tuhan. Tuan dan Tuhan nyaris hidup dalam batas abu-abu. Dalam bukti tingkah laku dan pikiran tuan adalah Tuhan. Dalam bukti sosok, Tuhan adalah Tuhan, satu tanpa tandingan. Sedang tuan punya banyak ragam, tandingan tak jadi masalah. 

Dalam masa ini, orang-orang akan melemparkan sumpah serapah ketika ada yang berkata ia punya dua tuhan. Namun, di luar batas sadar, mereka yang punya sumpah serapah itu pun punya begitu banyak tuhan. Yaitu tuan-tuan itu. Kesenangan yang mereka sembah, tujuan dan pencapaian yang mereka sucikan, hasrat yang mereka junjung tinggi, begitu pula nafsu yang menjadi kiblat kehidupan mereka. 

Mereka, apakah benar hanya mereka? Mungkin aku pun bagian dari mereka, bukan? Begitu pula dirimu, bukan? 


0 Comments