Serendipiti

Pixabay/cdd20

Suatu pagi yang baru, membawaku tuk benar-benar membuka mataku. Mula-mula ada satu titik buta di sudut pandangku. Namun, lambat laun, titik buta menjelma menjadi titik yang teramat nyata dalam pandanganku. Titik itu memicu debar jantung. Berdebar mengejar napas yang masuk membawa usaha kehidupan. 

Apa yang harus aku lakukan? Seketika pertanyaan itu memenuhi setiap sel di dalam kepalaku. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan? Dalam kondisi ini bukan jawaban yang kudapat, melainkan tamparan keras. 

"Ada ketakutan di balik pertanyaanmu." 

Mataku menerawang jauh, kepala mengangguk secara perlahan sambil menikmati tamparan yang kudapat. Ya, itu benar adanya. Ada ketakutan juga kepanikan yang terselip dalam kesadaranku.

Aku takut jika harus berlutut di hadapan dunia. Aku takut jika dunia akan berpaling dariku. Aku takut jika dunia mencekik napas kehidupanku. Dan aku takut jika pada akhirnya aku harus melangkah tanpa alas kaki di atas jalan dunia ini. 

Ketakutan diam-diam menjadi hantu dalam dasar kesadaranku. Aku tak menyangka, ia berhasil lolos dan berdiam diri dalam alam bawah sadarku. 

Pada titik ini, tak perlu lagi mempertanyakan perkara langkah apa yang harus kuambil. Sebab, itu tak akan mampu menghadirkan waktu yang telah pergi membawa dirinya. Sekeras apa pun usaha yang kulakukan, waktu tak akan pernah kembali. 

Waktu memang tak akan pernah kembali, barang sedetik pun. Namun, waktu tak pergi begitu saja. Di setiap kepergiannya, ia selalu meninggalkan pelajaran berharga. Dan pelajaran itu tak akan pernah nampak jikalau waktu belum melafalkan ayat-ayat perpisahan.

Pada titik ini segalanya menjadi semakin jelas. Pertanyaan 'apa yang harus kulakukan,' telah pupus dalam keinsyafan. Lantas pelajaran apa yang bisa kuambil hadir menggantikan pertanyaan tersebut. 

Terkait waktu, aku akan berusaha dan belajar untuk hidup dalam napasnya. Sebab dengan begitu, aku akan belajar lebih banyak terkait perkara yang tersembunyi di sela-sela kesadaran dan ketidaksadaran. Dan kini, waktu membuka satu kotak rahasia untukku. Bahwasanya, pertemuan selalu datang bersama perpisahan. 

Dapatkah aku mengatakan bahwa tujuan dari pertemuan adalah untuk sebuah perpisahan? Maksudku, dengan begitu kita akan berusaha menghargai setiap detik waktu yang kita lewati bersama orang-orang yang berada di sekitar kita.

Saat kita sadar bahwa perpisahan dapat hadir kapan saja merenggut ruang waktu kita bersama setiap orang yang kita sayangi, aku yakin, setiap orang akan berupaya untuk melewatkan setiap momen itu dengan baik dan bijak. Sehingga saat waktu perpisahan itu tiba, tak akan ada gerutu kesal atau hati yang terluka, melainkan hanya momen-momen bahagia yang menggantung dalam rekam memori kehidupan. 



0 Comments