Sepenggal Riwayat

 


Ini adalah sepenggal riwayat yang sengajaku sembunyikan. Aku terlalu asing untuk memeluk emosi-emosi yang meluap. Sebab itu, terimalah catatan kecil ini. 

~

Aku masih mengenal bayangan di ujung jalan itu. Kau tak perlu repot-repot berpura-pura menutup dirimu. Maksudku, kau masih hidup dalam setiap tarikan napasku. Sebab kau adalah sepenggal riwayat yang hilang dalam naskah kehidupanku. 

Aku mengembara. Hampir setiap tempat telah hidup dalam relung ingatanku. Setiap air wajah manusia telah kubaca. Aku pun melihat, mengamati, dan masuk ke dalam lakon kehidupan orang-orang yang berjabat tangan denganku. Dan aku tak menemukanmu. 

Aku mengembara. Dalam langkah-langkah yang berat. Panas dan dingin hari silih berganti memeluk diriku. Namun, itu tak begitu mengusik langkahku. Sebab namamu hidup dalam sanubariku, dan itu memberikan kehangatan di tengah dinginnya hari dan kesejukan di tengah teriknya mentari. Kau adalah dasar dari setiap langkahku. Namun, aku masih belum menemukanmu. Kau masih hilang dalam penglihatanku. 

Aku kembali mengembara. Mencoba setiap lakon kehidupan dengan seribu topeng. Jiwaku seakan hidup dan mati, lelah. Terkadang aku lupa seperti apa roman asliku terlihat, sebab aku hidup dalam pertunjukan bersama seribu topeng. Dan aku tetap tak menemukan kehadiran wujudmu. 

Sesekali dalam hidup dan mati jiwa yang kugenggam, aku berpikir untuk memberi tanda titik pada cerita pengembaraanku. Namun kau masih hidup dalam napas yang kuhirup. aku merasakan kehadiranmu, begitu nyata. Seketika aku menoreh tanda koma dalam cerita ini untuk sejenak menutup mata. Bahkan dalam perasaan yang begitu nyata, aku tetap tak menemukan kehadiranmu. Kau tetap sebuah Maya yang semesta kirimkan untukku. 

Kau adalah sepenggal cerita yang hilang dalam naskah kehidupanku. Kau adalah dasar utama pengembaraan yang kulalui. Aku mencarimu dalam siang dan malam. Aku mencarimu di tengah panas dan dingin. Aku mencarimu di antara hidup dan mati. Dan apakah kau tetap ingin hidup sebagai bayangan yang menatapku dari ujung jalan itu? 

Kaluarlah dari pintu maya itu. Semesta telah membuka jalan pertemuan ini. Kemarilah, marilah kita merasakan kehangatan teh di ujung ufuk barat sana. 


0 Comments