Kenangan dan Senja
Sore itu, masih terlihat jelas dalam putaran kenangan dalam kepalaku. Seakan baru kemarin kenangan itu menjadi bagian dari kenangan yang tersimpan dalam memori kehidupan. Kenangan itu masih terasa hangat. Kenangan awal pertemuan kita bersama senja. Entah kenapa senja tak pernah melewatkan kesempatan tuk mewarnai dua insan yang tengah membuka hati. Senja selalu memberi kecupan pada tiap-tiap kenangan dua insan. Mungkin inilah alasan mengapa aku begitu mencintai senja.
Terhitung enam ratus empat puluh delapan senja telah kulewati sejak awal pertemuan kita. ya begitulah, seperti yang kau tahu, menghitung kepergian senja kini menjadi kebiasaanku. Hanya untuk mengenang diri mu yang dulu. Mungkin menurut mu ini hal yang berlebihan. Dan mungkin tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak mu tentang kebiasaanku ini. tapi beginilah aku sekarang. Aku yang mulai mencintai senja. Aku yang mulai menghitung kepergian senja. Aku yang mulai tersiksa dengan rindu yang tertumpuk dalam dada. Karena aku telah jatuh, jatuh jauh ke dalam hati mu. Ya, hati mu yang telah pergi bersama senja. Dan membuatku tersesat dalam labirin cinta mu.
14/08/17
Part 1 Hujan
Waktu itu tak terlintas sedikitpun pikiranku jlakan datangnya badai Seroja di tanah kelahiranku. Yah tulisan pertamaku ini akan menceritakan pengalaman pribadiku serta momen-momen yang aku jepret beberapa hari sebelum dilanda badai.
Entah, aku tak begitu mengingat soal waktu, jadi mari anggap saja ini adalah momen satu Minggu sebelum badai Seroja.
Masih terekam jelas dalam kepalaku, waktu itu di pagi yang cerah aku sedang dalam perjalanan ke pasar. Sepanjang perjalanan menuju pasar terlintas pemandangan pantai yang terkadang terlihat menakjubkan namun terkadang terlihat membosankan. Aku melihat ke arah laut dan mendapatkan pemandangan yang jarang terlihat. Terlihat kapal-kapan nelayan di sepanjang pantai terparkir dengan rapi. Maksudku, semua kapal itu berada di posisi menghadap ke arah barat. Aku sempat berbincang kecil dengan kerabatku,
"Lihatlah, bukankah elok jika kapal-kapal selalu tertata rapi seperti ini," ucapku, dan kerabat ku menjawab, "Semua tergantung pergerakan angin."
Dalam waktu satu Minggu itu (bisa jadi lebih atau kurang) Kupang diguyur hujan disertai angin sepanjang hari dan setiap hari. Biasanya hujan mulai turun lebat di pagi hari hingga siang. Dan di petang, sekitar pukul 3 atau 4 intensitas hujan mulai berkurang. Kemudian, hujan akan kembali turun di malam hari.
Kata ibuku, "alam sengaja memberikan jeda, agar kita bisa keluar mencari kebutuhan atau hanya sekedar keluar melihat alam sekitar".
Saat itu aku sedang dalam mood yang bahagia untuk memotret hal-hal yang ada di sekitar rumahku. Jadi saat hujan mulai mereda di sore hari aku akan segera mengambil gadgetku dan mulai memotret segala yang ada di pekarangan rumahku.
Ini adalah foto-foto hasil jepretanku beberapa hari sebelum badai melanda
Baiklah aku rasa itu cukup, berikutnya akan aku lanjutkan ke part 2.