Dalam gelap yang pekat, satu tangan mencuat membawa cahaya. Aku terpaku pada kehadirannya, mengamati dan menyelidiki, padahal jauh di ujung sanubari tanganku menangis ingin menggapai uluran tangan itu. Namun, terlalu banyak penipu ulung di sini, sekelilingku pun tak tampak apa pun, melainkan kegelapan yang pekat. Aku melangkah dan bernapas dengan perasaan yang berubah-ubah. Sekarang terlalu riskan untuk membayangi perasaan, aku sekedar berpijak menatap di balik gelap menggenggam arloji yang tenggelam dalam genggamanku.
Aku masih menatap kehadiran tangan itu, beserta cahaya yang membayanginya. Segalanya masih sama, tak ada yang berubah, sekelilingku masih terasa dingin yang amat menyengat. Ini membuatku curiga, sebab cahaya kerap hadir bersama kehangatan. Namun, aku tak merasakan kehangatan itu. Apakah ini ulah gempuran dingin yang tak kenal ampun, sehingga tak ada kehangatan yang lolos dalam ranah yang ia menangkan?
Entahlah, merenungkan pelancongan ke depan hanya membuatku semakin terbenam dalam kegelapan yang semakin dingin. Terlalu banyak teka-teki di dunia ini, dunia adalah lintasan penuh ketidakpastian, dan aku tak ingin terjerembab dalam jebakan itu. Untuk melintas di atas lintasan ketidakpastian, aku butuh pemikiran pasti yang tak goyah bahkan oleh kicauan kosong yang menyaksikan dunia sebagai orbit abadi.
Ini terlampau pelik. Hatiku termakan suasana. Tanganku yang bersembunyi di ujung hati semakin meratap meronta ingin memerdekakan diri dari genggamanku. Saat aku terbelit dalam situasi seperti ini, aku selalu mengenang Langit. Ia membentang luas di atas sana, terlampau tinggi, sehingga tak ada yang dapat memberikan sentuhan.
Guruku, dialah yang mengajariku akan keajaiban yang disembunyikan oleh Langit. "Tengoklah pada Langit. Langit adalah jawaban atas kebesaran-Nya. Saat kau dilanda kesulitan tengoklah kepalamu ke atas, telik baik-baik, dan kau akan menemukan jawaban yang kau cari. Sebab ada berjuta rahasia di atas sana, Langit selalu memberi petunjuk kepada siapapun yang dengan sungguh-sungguh melihat kepada kebesaran-Nya."
Aku mendongak pada Langit. Di atas sana, malam telah membawa kegelapan beserta hawa dingin sebagai selimut bagi Langit. Namun, itu tak lantas membuat langit hilang ditelan gelap dan dingin yang malam hadirkan. Langit masih memiliki bintang juga bulan yang memancarkan cahaya sebagai bentuk petunjuk bagi mereka yang mencari kehadiran-Nya. Langit menghadirkan cahaya itu bukan untuk dirinya, melainkan Ia persembahkan untuk para pencari cahaya yang tersesat. Langit menghadirkan cahaya agar para pencari cahaya yang tersesat dapat mengetahui bahwa Ia ada bahkan di tengah kegelapan yang pekat. Ia ada, dan Ia selalu hadir membawa dan memberikan cahaya penerang sebagai bentuk kehangatan yang sesungguhnya.