Ichadiass
Ichadiass
  • Home
  • Goresan Sebelah Mata
  • Jejak Cupid
  • Kilas Balik dalam Langkah
  • Sitemap
  • Contact Us

Pixabay : @Comfreak


Waktu itu kau datang sambil menggenggam benih kepercayaan di tangan kirimu. Kau datang, perlahan, mendekap tubuhku, lalu kau tanamkan benih kepercayaan itu ke dalam hatiku. Terperanjat, kakiku seketika melangkah menghadirkan jarak antara kau dan aku. Tanganku dengan gerak kilat membuat usaha tuk keluarkan benih itu, sayang benih kepercayaan itu telah terlampau jauh masuk ke dalam hatiku. 

Ada rasa kesal yang menjalar di hati. Aku tak butuh benih itu. Aku lelah. Hatiku terlampau penuh dengan benih-benih prematur. Itu membuat jantung dan hatiku secara teratur bergilir tuk mogok. 

Oh, jangan kau pikir mataku tak menangkap jalan akalmu. Fokusku jatuh pada lengan kirimu, yang kau usahakan tuk luput dengan permaianan akal lusuh itu. Aku punya seribu mata yang tak terlihat. Maka itu, aku mendapat pandang, terlalu banyak khayalan yang kau paksakan masuk ke dalam benih-benih kepercayaan itu. 


 


Ingatkah kau akan kenangan awal kita? Kenangan yang terkenang, di atas ketinggian bumi hijau, di bawah gumpalan awan putih beratap kemaha besaran langit biru. Di sana kita saling mengaitkan jari kelingking, membuka rahasia perasaan debar hati dan kemerahan pipi yang merona. Ledakan emosi kebahagiaan banjiri akal pikiran dan hati, butakan pandangan dalam seketika. Dalam pandanganku hanya ada kau seorang dan begitu pula dirimu. Beberapa saat setelah itu, jari-jari lainnya mengambil inisiatif tuk ikut merekat, tersipu dalam simpul indah.  

Perasaan di hati tumpah ruah, jantung berpacu dalam debar seakan meledek. Kita tenggelam dalam diam. Hanya semesta yang bersuara tanpa nada mengisi detik-detik itu. Sesekali kita beradu tatap, tersenyum malu-malu kucing, lalu kembali menatap hamparan teater alam.  Ah, kenangan itu masih saja terasa hangat nan manis dalam ingatanku. 




Di Balik Pepohonan 

By : Ichadiass

Ada yang bersembunyi di balik pepohonan, mengintip dengan satu mata, lalu menarik napas, 
Panjang nan tinggi, aku terkecoh, aku pikir itu ranting dan batang
Daun-daun terlalu serakah, itu menghentikan operasi bola mataku
Ah, yang di balik pepohonan, aku mawas diri
Satu mata di balik pepohonan itu terlampau tajam
Kabut turun memaut dunia di balik pepohonan
Rintik satu-satu menerjamkan diri membawa adrenalin
Dedaunan lama-lama bergelombang
Batang-batang pohon kecoklatan yang garing membelah diri disambut tanah berlumpur
Aku menunduk, mengalih fokus
Sial, sepatu kesayanganku jadi kotor!
Pixabay @Mohamedmatar


"Hipokrit"

By : Ichadiass

Dua puluh dua tahun sudah aku bergerak di atas bentala

Awalnya, setengah-setengah aku bersama semesta agung

Dan kini, baruku sadar bahwa aku sudah tak bersama sang agung

Mataku yang terdalam tertutup

Seakan membutakan diri dari keberadaan sang semesta 

Terkadang saat aku masuk dalam ruang dimensi kehampaan

Di situ fokus yg terdalam mengelabui saraf-saraf pemikiran dengan penyesalan

Memaksa bibir bergerak tuk berucap...

Aku munafik

sayang, ku tak ingin 

Tolonglah diri yang tak berdaya ini

Aku hilang rasa takut  

Tolong kembalikan rasa takut dalam hatiku...

Padahal, memang munafik

Padahal, memang sengajaku lepas rasa takut itu

Sungguh rendah !



Pulau Kera, suatu pulau kecil yang berjarak kurang lebih 10 km dari kota Kupang. Jarak yang tak begitu jauh membuat pulau ini terlihat jelas dari kota Kupang. Semenjak masih belia, aku sangat ingin menginjakkan kakiku di pulau Kera, sayangnya aku tak ada ide bagaimana caranya agar bisa mencapai pulau pasir itu. Bertahun-tahun berlalu membuatku lupa dengan keinginan itu namun, masih ada rasa penasaran yang menggangguku tentang pulau itu. 

Setelah belasan tahun penasaran dengan pulau Kera, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengunjungi pulau tersebut. Jangan kalian berpikir itu merupakan kesempatan yang datang secara kebetulan, tidak, itu tidak benar, aku punya perjalanan panjang hingga akhirnya aku dapat menginjakkan kaki di atas pasir putih  tersebut. 

Saat pertama menginjakkan kaki di pulau pasir itu, ada perasaan kesenangan luar biasa yang menimpaku, bayangkan ini sesuatu yang aku inginkan sedari aku masih sangat belia, ah, aku tersenyum kecil mengingat itu. Namun, ini tidak hanya tentang impian masa belia sehingga menjadi luar biasa, tapi, perjalanan itu sendiri juga sangat luar biasa. Untuk sampai ke pulau Kera, pertama-tama, aku menaiki sebuah sampan motor berukuran sedang yang hanya berkapasitas 5 sampai 10 orang tanpa penutup di atasnya, dan memiliki satu mesin kecil yang sangat berisik ketika ia mulai bekerja. 

Aku bersama beberapa orang dalam kelompokku mengarungi laut biru di bawah tatapan langit biru tanpa awan, dan terpaan sinar mentari pagi selama kurang lebih satu jam. Ah, mentari pagi itu awalnya menghangatkan tubuh kecilku namun, setelah lewat 10 menit, rasa terpanggang perlahan menjalar di kulit tubuhku. 

Sangat menyenangkan ketika mengingat menyebrangi hamparan laut biru, aku merasa menjadi sosok kecil di tengah laut biru. Oh, ya, ada sesuatu yang menarik dari laut, kau tahu, saat mengarungi lautan aku beberapa kali menemukan warna air laut yang secara perlahan berganti. Dimulai dari warna biru tua, perlahan berubah menjadi biru kehijauan. Perubahan warna tersebut sungguh memikat mataku, aku terpukau, tak ingin mengalihkan pandanganku, seakan aku terhipnotis oleh kemegahan lautan. 

Walaupun tujuan utamaku adalah mengunjungi pulau Kera, tapi proses yang membawaku dari Kupang menuju pulau Kera membuat pengalamanku semakin berwarna. Itu menambah tingkat kegembiraan. 

Aku terpukau dengan gambaran memoriku, saat berdiri di bibir pantai, aku menemukan pulau Kera terlihat hanya seukuran ujung jari hingga siku. Pelahan setelah menaiki sampan, aku menemukan kota Kupang bertahap-tahap mulai terlihat mengecil dan pulau Kera terlihat mulai berani menunjukkan ukuran aslinya.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • Harapan di Taman Bunga
  • Untukmu, Berhentilah...
  • Reminisensi
  • Riwayat Manis; Ia dan Rembulan
  • Sebelum Semuanya Terlambat

Categories

  • Goresan Sebelah Mata
  • Jejak Cupid
  • Kilas Balik dalam Langkah
  • Puisi
Diberdayakan oleh Blogger

Laporkan Penyalahgunaan

Search This Blog

Blog Archive

  • Maret 2025 (1)
  • Februari 2025 (1)
  • Maret 2024 (1)
  • Februari 2024 (1)
  • Oktober 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (1)
  • Juli 2023 (1)
  • Juni 2023 (1)
  • Mei 2023 (1)
  • April 2023 (1)
  • Maret 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • Oktober 2022 (1)
  • September 2022 (2)
  • Agustus 2022 (2)
  • Juli 2022 (1)
  • Juni 2022 (3)
  • April 2022 (1)
  • Maret 2022 (1)
  • Februari 2022 (2)
  • Januari 2022 (1)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (1)
  • September 2021 (3)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (5)
  • Juni 2021 (5)
  • Mei 2021 (2)

Social Plugin

Home Contact Us About Us Privacy Policy

Tentang Saya

Foto saya
Bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang awam dalam banyak hal. Tidak sedang mengajari siapa-siapa. Hanya menumpahkan apa yang tak sempat diceritakan
Lihat profil lengkapku

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Copyright © Ichadiass. Designed by OddThemes