Pulau Kera, suatu pulau kecil yang berjarak kurang lebih 10 km dari kota Kupang. Jarak yang tak begitu jauh membuat pulau ini terlihat jelas dari kota Kupang. Semenjak masih belia, aku sangat ingin menginjakkan kakiku di pulau Kera, sayangnya aku tak ada ide bagaimana caranya agar bisa mencapai pulau pasir itu. Bertahun-tahun berlalu membuatku lupa dengan keinginan itu namun, masih ada rasa penasaran yang menggangguku tentang pulau itu.
Setelah belasan tahun penasaran dengan pulau Kera, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengunjungi pulau tersebut. Jangan kalian berpikir itu merupakan kesempatan yang datang secara kebetulan, tidak, itu tidak benar, aku punya perjalanan panjang hingga akhirnya aku dapat menginjakkan kaki di atas pasir putih tersebut.
Saat pertama menginjakkan kaki di pulau pasir itu, ada perasaan kesenangan luar biasa yang menimpaku, bayangkan ini sesuatu yang aku inginkan sedari aku masih sangat belia, ah, aku tersenyum kecil mengingat itu. Namun, ini tidak hanya tentang impian masa belia sehingga menjadi luar biasa, tapi, perjalanan itu sendiri juga sangat luar biasa. Untuk sampai ke pulau Kera, pertama-tama, aku menaiki sebuah sampan motor berukuran sedang yang hanya berkapasitas 5 sampai 10 orang tanpa penutup di atasnya, dan memiliki satu mesin kecil yang sangat berisik ketika ia mulai bekerja.
Aku bersama beberapa orang dalam kelompokku mengarungi laut biru di bawah tatapan langit biru tanpa awan, dan terpaan sinar mentari pagi selama kurang lebih satu jam. Ah, mentari pagi itu awalnya menghangatkan tubuh kecilku namun, setelah lewat 10 menit, rasa terpanggang perlahan menjalar di kulit tubuhku.
Sangat menyenangkan ketika mengingat menyebrangi hamparan laut biru, aku merasa menjadi sosok kecil di tengah laut biru. Oh, ya, ada sesuatu yang menarik dari laut, kau tahu, saat mengarungi lautan aku beberapa kali menemukan warna air laut yang secara perlahan berganti. Dimulai dari warna biru tua, perlahan berubah menjadi biru kehijauan. Perubahan warna tersebut sungguh memikat mataku, aku terpukau, tak ingin mengalihkan pandanganku, seakan aku terhipnotis oleh kemegahan lautan.
Walaupun tujuan utamaku adalah mengunjungi pulau Kera, tapi proses yang membawaku dari Kupang menuju pulau Kera membuat pengalamanku semakin berwarna. Itu menambah tingkat kegembiraan.
Aku terpukau dengan gambaran memoriku, saat berdiri di bibir pantai, aku menemukan pulau Kera terlihat hanya seukuran ujung jari hingga siku. Pelahan setelah menaiki sampan, aku menemukan kota Kupang bertahap-tahap mulai terlihat mengecil dan pulau Kera terlihat mulai berani menunjukkan ukuran aslinya.