Ichadiass
Ichadiass
  • Home
  • Goresan Sebelah Mata
  • Jejak Cupid
  • Kilas Balik dalam Langkah
  • Sitemap
  • Contact Us

Aku menulis ini dengan harap kau kan menemukan jiwa yang kuselipkan di dalam tulisan ini. 

Aku berjumpa dengannya di dalam siang. Di dalam malam, aku mendapati kupu-kupu memenuhi ruang perutku. Dan di dalam pagi, siang dan malam mendekap di atas lembaran baru tanpa jumpa dan sapa. 

Masihkah? 

Ia telah mengambil waktuku. Ia menjadi pagi, siang, dan malam. Aku tak punya jalan untuk melarikan diri. Sebenarnya, aku pun belum bersungguh-sungguh untuk melarikan diri. Ia sudah mengambil waktuku, bukankah aku harus mendapatkan waktuku kembali?

Masihkah? 

Pada rekaman jejak lalu, kala indra tak lagi mendapat rasa, maka langkah kan mengambil garis awal. Namun, segalanya telah berbalik dalam garis ini. Padahal waktu telah menua, cukup berumur untuk membuatku melangkah mengambil titik awal. Sayang, ia malah menjamur di dalam darahku. Kilas cerita satu persatu ikut berdenyut di dalam nadiku. Dan ini sungguh membuatku kehilangan akal. 

Masihkah? 

Pada pagi dan malam, aku terbuang di dalam kegelisahan. Ia menjamur di dalam darahku. Telah menjamur. Itu tak baik. Tekad  secara tiba-tiba memacu saraf-saraf yang sekarat. Aku membuka rute baru. Mencuci bersih darahku. Menyuapi pikiran dengan teori-teori yang kurancang. 

Masihkah? 

Tentu saja. Rute baru, teori-teori, dan apapun itu, segalanya membawaku kembali pada titik awal. Ia tetap menjadi pagi, siang, dan malam. Sedang aku semakin terbuang jauh dalam kegelisahan. 

Masihkah? 

Hari-hari berlalu lalang di atas bahuku. Napas semakin berat. Realita nyaris kehilangan wajah. Sayang, aku masih belum mau mengambil resiko. Menurutku ini terlalu riskan. Kata seorang perkata, 'Hidup tak hanya soal satu cerita,' terlalu banyak benang merah yang dapat mengelabui mata. 

Masihkah? 

Tentu saja aku masih di dalam ruang waktu yang sama. Tapi aku punya catatan lalu yang sulit untuk aku lupakan. Bahwa aku pernah melangkah, menolak tuk menonton tangan-tangan yang lupa akan jiwanya. Aku pernah melangkah melepaskan egoku. Aku pernah melangkah dengan kebebasan. Langkah yang aku syukuri, sebab kini langkah lalu itu menjadi rambu kehidupanku. 

Masihkah? 

Aku bertanya padamu. Apakah kau merasakan denyut yang menjalar di dalam pertanyaan itu? 

Masihkah?  

Aku masih memberikan napas di dalam pagi, siang, dan malam. Adakah denyut di dalam nadimu?







Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

POPULAR POSTS

  • Harapan di Taman Bunga
  • Untukmu, Berhentilah...
  • Reminisensi
  • Riwayat Manis; Ia dan Rembulan
  • Sebelum Semuanya Terlambat

Categories

  • Goresan Sebelah Mata
  • Jejak Cupid
  • Kilas Balik dalam Langkah
  • Puisi
Diberdayakan oleh Blogger

Laporkan Penyalahgunaan

Search This Blog

Blog Archive

  • Maret 2025 (1)
  • Februari 2025 (1)
  • Maret 2024 (1)
  • Februari 2024 (1)
  • Oktober 2023 (1)
  • September 2023 (1)
  • Agustus 2023 (1)
  • Juli 2023 (1)
  • Juni 2023 (1)
  • Mei 2023 (1)
  • April 2023 (1)
  • Maret 2023 (1)
  • Januari 2023 (1)
  • Desember 2022 (1)
  • November 2022 (1)
  • Oktober 2022 (1)
  • September 2022 (2)
  • Agustus 2022 (2)
  • Juli 2022 (1)
  • Juni 2022 (3)
  • April 2022 (1)
  • Maret 2022 (1)
  • Februari 2022 (2)
  • Januari 2022 (1)
  • November 2021 (1)
  • Oktober 2021 (1)
  • September 2021 (3)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (5)
  • Juni 2021 (5)
  • Mei 2021 (2)

Social Plugin

Home Contact Us About Us Privacy Policy

Tentang Saya

Foto saya
Bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang awam dalam banyak hal. Tidak sedang mengajari siapa-siapa. Hanya menumpahkan apa yang tak sempat diceritakan
Lihat profil lengkapku

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Copyright © Ichadiass. Designed by OddThemes